Ada beberapa hal di tim product yang sangat berbeda dengan tim project, paling tidak uber membutuhkan waktu 3 tahun untuk sampai pada “better, faster, cheaper, than a taxi”.
Build your market first
Pada dasarnya hasil akhir sebuah product adalah ditentukan dari seberapa banyak user yang menggunakan. Sebagai contoh : jika itu marketplace selain seberapa banyak usernya, maka seberapa banyak repeat order yang terjadi.
Sebagai contoh adalah sejarah sale stock Indonesia yang menurut saya tech company paling top menurut hemat saya (jelas saya subjective ^^v). Awalnya sale stock bukanlah tech company, namun online shop biasa yang mengandalkan sirclo dan fan page di Facebook. Lesson learn yang bisa diambil adalah sebelum menentukan akan membagun sebuah product (dengan dukungan tech team) business model harus sudah tervalidasi terlebih dahulu. Market sudah ada, dan revenue sudah jelas. Yes, secure your demand and market first. Mengapa demikian? Karena invest tech team itu tidaklah murah, dan pada dasarnya mobile atau web adalah sarana pengganti proses yang sudah ada agar customer lebih mudah. Jika customer belum ada, bagaimana mungkin akan dapat revenue, mungkin itu bisa disebut bakar uang.
Product Owner, CTO and Product Manager is a must
Ini dibutuhkan ketika business model sudah tervalidasi dengan baik dan revenue sudah melimpah. Dalam gambar dibawah “You are here” merupakan product manager. Product owner dalam lingkaran bisnis dan CTO dalam lingkaran tech. Mengapa 3 role ini sangat penting. Ketika membangun sebuah product, hal utama memang bisnis, bagaimana bisnis bisa scale up dengan cepat, dan untuk mendukung bisnis dengan cepat perlu dukungan tech team. Tim bisnis punya roadmap, product owner berperan. Tim tech juga harus punya roadmap yang harus sejalan dengan bisnis yg ada, CTO yang berperan. Product Manager lah yang menjembatani keduanya agar dari sisi bisnis dan tech agar align. Ketika salah satu role tidak ada maka akibatnya, contohlah tidak ada CTO, so it will be no tech roadmap, dalam product development, tech roadmap itu penting karena product akan growth terus (jika sukses), dan itu perlu dipertimbangkan langkah demi langkah dalam proses pengembangan nya. Contoh sederhana, karena diburu waktu maka team tech melakukan development seadanya, dengan monolitik arch, akibatnya saat product makin compleks, susah untuk bisa scale. Begitu juga ketika tidak ada product manager, tidak ada yang menjembatani antara bisnis dan tech tim, antara bisnis dan tech tim bisa tidak align, tim tech sudah develop A, namun di akhir saat sudah jadi tim bisnis minta nya jadi B, itu akan jadi pekerjaan yang berulang-ulang dan membuang-buang waktu.
sumber https://media.licdn.com/mpr/mpr/jc/AAEAAQAAAAAAAAUxAAAAJDA0MmRhNjIzLWU0MjEtNGYyYi1hNTU0LTAyYzI2YzEyZDRmOQ.png
Both business roadmap dan tech roadmap is a must
Meskipun roadmap bisa berubah seiring waktu namun itu merupakan keharusan, karena roadmap merupakan guidance alias petunjuk kemana arah dan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai target atau goal. Tanpa roadmap baik dari sisi bisnis maupun tech team akan kehilangan arah. Untuk tech team, you can’t code before the design and process is clear.Get your priorities straight
Setelah roadmap nya jelas, maka perlu dipecah dalam task-task kecil dan saling disesuaikan antara tech team dan business team, priority mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Target bisnis mana yang harus di achieve terlebih dahulu dengan support tech team. Jangan merubah prioritas ditengah-tengah development, karena akan menggangu development dan membuat tim memulainya dari 0. Jika memang ada sesuatu yang mendesak, priority yang berjalan, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu dalam sprint tersebut, di-release dan untuk sprint selanjutnya bisa dikaji ulang.
Release sebanyak mungkin
Semakin banyak release, semakin cepat product tersebut bisa divalidate. Jika menggunakan sistem sprint (misal 2 minggu) maka setiap 2 minggu release, dan bisa divalidate. Untung nya adalah, ketika ada yang tidak sesuai, maka bisa diketahui lebih cepat, dan bisa dikaji untuk langkah selanjut nya.
Full role for tech team
Product tidak sama dengan project, project life time nya terbatas, namun kalau product, jika sukses, bisa seumur hidup. Membangun tech team di awal menurut saya (sekali lagi ini subjective) diluar CTO, tidak diperlukan banyak orang, namun masing-masing role ada. Minimal ada frontend engineer, backend engineer, QA engineer, dan system engineer. Tanpa salah satunya jelas akan keteteran. Contoh sederhana, di Indonesia (menurut saya) masih meremehkan peran QA, padahal kalau QA nya nggak happy (happy means no bug), gimana bisa release. Product merupakan sesuatu yang fiturnya akan selalu bertambah, dan perlu divalidate setiap hari, untuk bisa memastikan defect lebih awal, jika sebuah product di release tanpa melalui proses QA yang selayaknya, jangan harap user akan terpuaskan dengan product nya. Pada dasarnya engineer adalah manusia biasa yang bisa khilaf dan membuat bug. System engineer membantu kita dalam setup environment, FE dan BE engineer sudah pusing dengan dev apps, padahal untuk release butuh setup production server, security (contoh : implement https), dan lain-lain.
Kesimpulan nya :
- Membangun product bukan lah hal yang mudah, butuh rencana yang jelas, komitmen, kesabaran dan uang.
- Sebagai bonus ada bacaan menarik apakah startup anda dying.
Sumber:
[ 1 ] http://www.foundingfuel.com/article/your-startup-is-dying/
[ 2 ] https://www.sirclo.com/blog/2014/09/berbagi-pengalaman-memulai-bisnis-online-sale-stock-indonesia
[ 3 ] https://news.greylock.com/taking-the-wrong-lesson-from-uber-ae4b41e7c7da#.104odukp6
Disclaimer :
- *) Karena belum rilis jadi saya tidak bisa menyebutkan saya sedang membangun product apa :)
- penulis bukanlah expert dalam product development, apa yang ditulis merupakan pendapat pribadi :)
No comments:
Post a Comment