Saturday, December 16, 2017

Penggunaan Postman Collection Runner

Setelah menjelaskan salah satu fitur Postman yaitu scripting, saya menjadi gatal ingin menjelaskan fitur postman lainnya, yaitu Collection Runner. Sebelum menjelaskan mengenai Collection Runner, saya akan menjelaskan Collection pada Postman.

Collection adalah sekumpulan request yang dapat dikerjakan bersamaan secara serial (bukan paralel) dengan menggunakan Collection Runner, sebagian dari kita hanya menggunakan fitur Collection ini untuk nilai estetika (biar kelihatan rapih) ataupun agar lebih mudah dalam melakukan sharing API.

Contoh Collection pada Postman

Collection Runner ini sangat berguna dalam melakukan automasi testing.

Dalam melakukan Collection Runner, hal pertama yang harus diperhatikan adalah Collection yang akan ditest,seperti yang saya jelaskan sebelumnya Collection Runner melakukan penembakan secara serial bukan paralel, jadi urutan request harus kita perhatikan dengan baik.

Untuk melakukan Collection Runs, kita harus men-klik tombol Runner.

Tombol Runner pada Postman

Setelah men-klik tombol Runner, akan muncul sebuah window dimana kita akan melakukan konfigurasi dari Collection Runs, kita akan menentukan Collection mana yang akan dipakai untuk Collection Runs, environment apa yang akan kita pakai pada, jumlah iterasi dari Collection Runs, delay antar request, bagaimana logging dari Collection Runs berlangsung, dan data yang akan dipakai pada Collection Runs.

Konfigurasi dari Collection Runs

Sebagai contoh saya akan melakukan test Collection Runs dengan menggunakan Collection dari Backend Example Spring Template Nostra, dan berikut hasilnya:

Hasil testing Collection Run dari Backend Example Nostra

Dapat dilihat pada hasil test diatas kita akan mendapatkan HTTP Status Code, lama penerimaan, dan besar dari response yang didapat. bila kita menggunakan scripting untuk melakukan testpun dapat dilihat apakah akan lolos atau gagal. Untuk melihat data dari request yang kita tembakkan dan response yang kita dapatpun cukup mudah, yaitu dengan menklik nama request yang kita tembakkan.

Detil informasi dari request yang ditembakkan dan hasilnya.

Hal ini akan memudahkan kita bila kita ingin melihat perbandingan antar teknologi seperti bila kita ingin membedakan manakah teknologi dengan performa terbaik apakah OSB+BPEL, OSB+BPEL(dengan Java Callout), atau OSB+Spring. Selain itu hal ini akan memudahkan kita dalam melakukan testing dengan request yang sangat banyak.

Collection Runner ini juga menyediakan fitur pengambilan data dari sebuah file sebagai data yang akan dipakai pada request kita, fitur ini pernah saya gunakan dalam melakukan penambahan data dalam table SQL dengan penembakkan dari postman, file yang dapat diterima berbentuk JSON data ataupun CSV data. dalam penggunaannya yang pertama harus kita lakukan adalah menggunakan variabel yang sesuai dengan nama field dari json ataupun dari csv, sebagai contoh:

Penggunaan unregistered environment variable untuk menggunakan data dari field JSON ataupun CSV

Diatas saya menggunakan variabel "path" dan "value", setelah itu kita klik tombol "Select File" pada field Data untuk memilih JSON/CSV file kita, berikut hasi preview dari file CSV yang saya pilih:

Hasil preview dari file CSV yang saya pilih

Dapat dilihat terdapat dua field yaitu path, dan value, jumlah iterasi akan disesuaikan dengan jumlah data yang ada pada file yang saya pilih, namun tetap dapat kita rubah, setelah saya tembakkan berikut request yang saya kirimkan:

Request yang ditembakkan postman

Dapat dilihat url yang sebelumnya adalah postman-echo.com/{{path}} menjadi postman-echo.com/post dan body yang sebelumnya adalah foo {{value}} menjadi foo 1, variabel yang saya gunakan pada request akan diisi oleh data dari file yang saya pilih.

Ada berbagai macam cara dalam mengutilisasikan fitur Collection Runner pada Postman, salah satunya adalah untuk melakukan automasi testing. Fitur dari Collection Runner ini dapat digabungkan dan dimanipulasi dengan fitur Scripting dari Postman untuk menghasilkan sesuatu yang sangat memudahkan kita dalam melakukan testing.

Sekian penjelasan saya untuk kali ini.

Terimakasih.



Sublime Text 3

Halo Nostra Readers!

Kali ini saya akan sharing mengenai Sublime Text.

Apa sih Sublime Text?
Sublime Text merupakan teks editor yang sangat ampuh, cocok digunakan untuk melakukan coding dalam berbagai bahasa, dimana Sublime Text sudah menyediakan format syntax dari bahasa-bahasa pemrograman yang ada. Misal kita akan coding bahasa Java, maka sublime sudah menyediakan formatting pada teks editor, seperti memberikan warna-warna yang berbeda pada syntax Java. Untuk lebih jelas dapat lihat pada gambar dibawah.



dapat dilihat Sublime Text sudah membedakan warna untuk tipe data, nama variabel, nilai, dan nama class yang mana merupakan syntax dari Java itu sendiri.
Versi terbaru dari Sublime Text kali ini adalah versi 3.0. Hingga kini, beberapa bahasa sudah disiapkan seperti pada gambar berikut.


Kemudian kita dapat menambahkan folder proyek kita untuk memudahkan navigasi file ketika menggunakan Sublime Text. Dapat dilakukan dengan klik File lalu Open Folder. Dengan melakukan itu akan muncul tampilan sebagai berikut.



Selain itu, Sublime Text memberikan beberapa fitur yang dapat memudahkan pengguna dalam melakukan coding, misalkan kita ingin mencari suatu file di dalam sebuah proyek yang besar dan rumit, cukup dengan menekan Ctrl + P kita dapat mencari file yang ingin kita cari, baik itu bagian dari nama file, maupun kata dari dalam file yang dibuka dengan tanda '#'.



Sublime Text juga dapat melakukan editing secara paralel. User dapat memilih line mana saja yang ingin diedit dengan Ctrl + klik, lalu dengan mudah mengetik apa yang user inginkan.



Fitur find and replace pada Sublime Text sangat berguna juga. Dengan menekan Ctrl + H, akan diberikan tampilan dibawah sublime text berupa input find dan replace. Disini kita dapat dengan mudah mereplace, baik itu kata maupun variabel yang berulang dengan mudah.



Lalu untuk melakukan comparing coding, Sublime Text dapat memberikan user tampilan layout baik dengan tampilan per kolom ataupun per baris sehingga user dapat dengan mudah melihat code dari file lain dengan mudah.



Masih banyak lagi hal-hal yang bisa dieksplorasi pada Sublime Text ini, seperti mengubah tema sehingga warna-warna pada code kita terasa nyaman untuk kita. Lalu menambah plugin-plugin yang ada pada internet maupun forum nya. Kita juga dapat membaca dokumentasi dari Sublime Text pada link berikut.

Sekian dulu sharing dari saya, semoga bermanfaat dan memudahkan dalam coding!

Happy Coding!

Unit Testing AngularJS Application Using Karma, Jasmine and PhantomJS

Hallo, bersua lagi dengan saya yg kali ini akan membahas mengenai Unit Testing pada aplikasi AngularJS.

Singkatnya unit testing adalah pengujian terkecil dari sebuah code, hal yang diuji tersebut adalah event, method, dan class.

Selayang pandang mengenai Tools yang digunakan:

Karma: Merupakan test runner yang berfungsi mengeksekusi segala test script yang ditulis.

Jasmine: Sebuah framework behaviour driven development untuk menulis test script yang akan dieksekusi oleh karma.

PhantomJS: Merupakan headless browser, yaitu browser yang tidak memiliki interface namun dapat memanipulasi DOM.

sebelumnya kita dapat menginstall karma dengan script berikut:

npm install karma --save-dev

menginstall jasmine:

npm install jasmine --save-dev

dan script install PhantomJS seperti berikut:

npm install phantomjs --save-dev

dan untuk menjalankan phantomjs kita harus menginstall third party yaitu phantom launcher dengan script ini:

npm install karma-phantomjs-launcher


Jadi setelah berhasil terinstall semua tools yang kita butuhkan untuk melakukan unit testing, kurang lebih akan seperti ini directory project yang kita miliki:





Mari Membuat Test Script dengan Jasmine

Jasmine dapat mengeksekusi test script yang dibuat berdasarkan cara penulisan yang sangat mudah. Untuk mengetahui cara menulis dengan menggunakan Jasmine dapat dilihat dokumentasinya disini.

Test script yang saya buat seperti berikut:

TestSpec.js


Controller yang akan diuji:



Untuk menjalankan test script diatas kita harus memasukan filenya pada karma.conf.js. Hal tersebut dapat melihat caranya pada blog saya yang satu ini: http://blog.nostratech.com/2017/12/set-up-karma-pada-grunt-task-runner.html

Running Karma Task Runner:

Untuk melakukan running test script karma, dapat menjalankan command:

karma start karma.conf.js

Hasil test script dapat ditampilkan dalam format txt ataupun html.

Hasil test script seperti ini jika dalam format html:
Hasil test script dalam format txt:


Menarik bukan? 

Demikianlah yang bisa saya bagikan, selamat mencoba kawan and happy coding :D



Scripting pada Postman

Pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan fitur yang sangat membantu dari Postman yaitu fitur scripting, dengan fitur ini kita dapat menambahkan dynamic behavior pada Request yang kita buat. Fitur scripting ini menggunakan bahasa javascript.

Ada dua jenis scripting yang dapat dibuat, masing-masing dibedakan waktu pengerjaannya, yaitu:

  1. Pre-Request Script, yang dikerjakan pada request sebelum request dikirim ke server. Untuk mengakses fitur ini dapat dilakukan dengan mengakses tab Pre-request Script pada Postman.
  2. Test Script, yang dikerjakan setelah mendapatkan response balik dari server. Untuk mengakses fitur ini dapat dilakukan dengan mengakses tab Test pada Postman.
Tab Pre-request Scipt dan Test Script pada Postman

Fitur ini sangat membantu saya pada saat melakukan testing pada postingan saya sebelumnya yang menjelaskan mengenai OAuth. Pada saat testing OAuth kita dapat menyimpan data token yang didapat pada environment variable.

Contoh Test OAuth

Dapat dilihat pada testing diatas kita mendapatkan token akses untuk mengakses OAuth protected content, tetapi mengetik berulang-ulang ataupun melakukan copas untuk mengakses setiap OAuth protected content sangat merepotkan, untuk itu kita akan menyimnpan token akses ini kedalam sebuah variabel, dan untuk melakukan penyimpanan ini kita dapat menggunakan scripting.

Berikut script untuk menyimpan token akses yang saya gunakan:

var jsonData = JSON.parse(responseBody);
postman.setEnvironmentVariable("token", jsonData.access_token);

Pada script diatas saya melakukan parsing JSON Body dan mengambil data dari field access_token lalu menyimpannya pada variabel token. dikarenakan data yang diambil dari response maka script diatas saya simpan pada tab Test.

Script penyimpanan token pada tab Test

Tentu saja sebelum melakukan penembakan, kita perlu menambahkan Environment terlebih dahulu, agar token dapat disimpan.

Setelah melakukan penembakan API dapat dilihat pada Environment yang kita ciptakan bertambah sebuah variabel yang bernama token.

variabel token pada environment yang diciptakan

Terakhir saya menggunakan variabel token pada tab Authorization, mengganti tipe Authorization menjadi "Bearer Token" dan mengisi token dengan {{token}} (atau {{nama_variabel_yang_digunakan}}) .

Menggunakan token yang disimpan untuk mengakses OAuth Protected Content

Ada berbagai macam cara dalam mengutilisasikan fitur scripting pada Postman, salah satunya adalah untuk menyimpan token, hal ini akan sangat membantu kita dalam melakukan testing API.

Sekian penjelasan saya untuk kali ini.

Terimakasih.

Angular Command Line Interface

Pada kesempatan ini saya ingin mencoba menjelaskan sedikit yang saya tahu tentang Command yang ada pada Angular. Pertama tama pada versi Angular (4) sudah bisa menjalankan Command Line Interface (CLI) untuk membuat Component, Service, Routing dll, yang pada AngularJS masi harus dilakukan secara manual. Sebelum kita lebih jauh, untuk menjalankan CLI, kita harus terlebih dahulu menginstall Library Angular-CLI secara global terlebih dahulu.


Setelah menginstall kita sudah bisa menjalankan CLI nya. Pertama tama untuk membuat project Angular baru, kita bisa jalankan command berikut


Kemudian masuk ke project directory my-app, kemudian jalankan ng serve --open. Maksudnya adalah untuk menjalankan project angular tersebut dan flag --open untuk otomatis membuka browser nya. Jika sudah, maka akan terlihat seperti ini.


Setelah itu, mari kita membuat Component, Service dan Routing. Untuk membuat component, jalankan command berikut. 


Command di atas dipakai untuk membuat Heroes Component. Secara otomatis, app.module.ts akan terupdate jika kita membuat component baru. Kalau untuk membuat Service, bisa gunakan command berikut.


Command di atas dipakai untuk membuat Hero Service. Untuk membuat Routing, bisa gunakan command berikut.


Command di atas dipakai untuk membuat routing, flag --flat berarti file yang digenerate akan berada dalam folder src/app. Sedangkan flag --module=app dipakai untuk secara otomatis file yang digenerate mengupdate app.module.ts

Sekian command yang biasa digunakan pada Angular 4. Semoga bermanfaat !

Building Simple Infrastructure using Terraform

Apa itu Terraform?

adalah sebuah tools yang bisa digunakan untuk membangun, mengubah infrastruktur secara aman yang dituliskan kedalam sebuah kode. Sehingga sering dikenal dengan Terraform = Infrastructure as Code.
Sebagai contoh adalah anda mungkin mempunyai akun di AWS, Azure atau di cloud platform lainnya. Untuk melakukan pengadaan server baru, kita bisa melakukan hal tersebut dengan klik klak di dashboard si provider. Atau bisa juga dengan menjalankan command line dengan menggunakan cli yang sudah disediakan si provider. Hal tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah apabila kita diminta hanya membuat 1-2 server, tapi bagaimana kalau kita diminta untuk melakukan hal yang sama terhadap ratusan server bahkan ribuan server. Dan hal itu masih terkait pengadaan server, bagaimana jika terjadi perubahan misalnya size memory, type instance, bahkan konfigurasi file untuk aplikasi yang berjalan di dalam server. Maka dengan itu, Terraform adalah salah satu solusi untuk masalah diatas.

Dengan Terraform kita bisa membuat sejumlah server sekaligus dengan serangkaian kode yang telah kita defenisikan sebelumnya.

Pada sharing kali ini, saya akan coba buat 3 server sekaligus pada Google Cloud Platform,

  1. Sebelumnya, saya asumsikan bahwa rekan sekalian sudah melakukan instalasi terraform terlebih dahulu. Jika belum, bisa dilakukan dengan cara berikut
  2. Jika sudah, kita akan membuat sebuah simple kode untuk membuat server di google cloud
    seperti bahasa pemrograman lain, terraform juga memiliki ekstensi file khusus dengan akhiran .tf
    Berikut adalah contoh kode terraform:
    1. provider "google" {
    2.   credentials = "${file("account.json")}"
    3.   project     = "my-terraform-project"
    4.   region      = "asia-southeast1-a"
    5. }
    6. resource "google_compute_instance" "default" {
    7.   name         = "terraform-${count.index}"
    8.   count        = 3
    9.   machine_type = "n1-standard-1"
    10.   zone         = "asia-southeast1-a"

    11.   tags = ["foo", "bar"]
    12.   network_interface {
    13.     network= "default"  
    14.   }

    15.   boot_disk {
    16.     initialize_params {
    17.       image = "debian-cloud/debian-8"
    18.     }
    19.   }

    Sedikit penjelasan program diatas adalah bahwa kita akan membuat server dengan menggunakan di GCP, dengan menggunakan credential file "account.json". Server ini akan dibuild didalam sebuah project dengan nama "my-terraform-project" di region "asia-southeast1-a"
    Lalu setelah provider kita tentukan, kita akan buat resource apa yang akan kita gunakan dari provider tersebut. Terraform sebenarnya menyediakan resource apa saja yang sudah mereka support untuk setiap provider. Seperti pada halaman berikut untuk google cloud dan masih banyak lagi.
    Nah pada bagian resource, kita tentuin parameter apa aja yang kita perlu selain parameter yang bersifat diharuskan. Pertama ada nama untuk setiap VM yang akan di create. Kedua jumlah VM yang akan di create, jika parameter tidak ada maka server yang di create hanya 1. Lalu tipe machine yang digunakan untuk setiap server. Lalu tentukan zone untuk server yang akan dibuat. Terakhir adalah boot_disk, dimana parameter berfungsi untuk menentukan apa image atau OS yang akan digunakan untuk server tersebut.
    Setelah kode diatas selesai dibuat, dan disimpan dalam file dengan ekstensi *.tf. Kita akan jalankan perintah $terraform init pada direktori file *.tf kita berada.
    Perintah terraform init ini berfungsi untuk mengunduh plugin yang terkait dengan infrastruktur kita. Berikut contoh output setelah menjalankan terraform init.
    Lalu setelah itu, kita akan menjalankan terraform plan. Command ini akan men-generate execution plan, untuk memberikan informasi tentang apa aja yang akan kita buat sesuai dengan kode sebelumnya. Berikut contoh output untuk terraform plan.
    Selanjutnya, jika sudah plan kita sudah sesuai, kita akan eksekusi kode terraform tersebut dengan menjalankan command terraform apply. Setelah kita apply maka akan ada 3 server baru di akun GCP kita. Berikut adalah contoh tampilan dari output terraform apply. Seperti gambar dibawah ada 3 kali proses creating server sesuai dengan count yang kita define di kode sebelumnya.

    Dan juga tampilan server yang baru pada dashboard google cloud.
    Sekian sharing saya kali ini, semoga bermanfaat.




Membatasi CPU Usage dengan CPULIMIT

Halo Sobat Nostra,

Pada kesempatan ini saya ingin mengulas tentang membatasi penggunaan cpu oleh sebuah proses. Hal ini adanya dilatarbelakangi oleh adanya kondisi tingginya penggunaan cpu oleh sebuah proses yang membuat kinerja OS menjadi lambat dan proses lain terganggu. Kasus yang pernah saya alamin itu proses remote ssh menjadi patah-patah atau lambat. Proses yang digunakan saat itu adalah java yang sangat lambat karena menggunakan cpu 99-100%.
Salah satu solusi untuk keadaan ini adalah dengan membatasi proses menggunakan software "cpulimit".

Berikut proses installasi tool cpulimit:
 $ sudo apt install cpulimit  

Sebagai contoh kita dapat melimit cpu usage dari proses berdasarkan pid.
Disini akan saya buat skenario simple penggunaan tool ini, dimana kita akan membuat proses yang menggunakan cpu secara besar.

Buat proses yang menggunakan cpu secara besar




=> Mari kita check daftar proses yang running di linux system. Tujuan kita adalah untuk melihat penggunaan cpu tiap proses terutama untuk PID 2329 (atau pid yang terbentuk di komputer anda) yang sudah kita buat.

Output tersebut menunjukkan PID yang kita buat menggunakan CPU sangat besar.

=> Membatasi penggunaan cpu sebagai berikut
 $ cpulimit --pid 2329 --limit 50 -b  

Output setelah cpu usage dibatasi

Tada.... cpu usage proses tersebut dapat di limit.

Berikut paramater yang mungkin perlu kita gunakan:
-p : untuk PID dari proses
-P : path dari file execute yang dijalankan
-b : Menjalankan cpulimit proses di background
-k : Nah ini untuk kill/stop proses ketika cpu usage melebihi nilai yang dibatasi

Semoga bermanfaat sob!

Angular Version History

Baru baru ini saya mencoba tentang Angular 4, namun ada sebuah pertanyaan yang terlintas di benak saya ketika mencoba Angular 4. Apakah perbedaan antara AngularJS, Angular 2 dan Angular 4? Dan kenapa harus Angular 4? 2 Pertanyaan itu sedikit menganggu dan akhirnya saya memutuskan untuk mencoba mencari tahu sejarah nya.

Pada 2010 AngularJS dibuat sebagai Javascript framework, dan pada pertengahan 2016 Angular 2 dibuat dengan menggunakan Typescript untuk melengkapi kekurangan yang ada pada AngularJS, meskipun keduanya sangat berbeda. Seiring berjalan nya waktu, Angular Team mengupdate versi. Namun ketika sudah mencapai versi Angular 2.3, versi selanjutnya yang di rilis adalah Angular 4. Disini saya sempat menjadi jengkel dimana saat itu saya baru terjun di Angular 2 dan tiba tiba di update menjadi Angular 4. Saya sempat memutuskan untuk meninggalkan Angular karena dalam waktu dekat mereka mengupdate 2 Major versi, namun disaat itu saya tidak mencari tahu tentang alasan nya. Hingga pada saat saya mencoba Angular 4, saya merasa familiar dengan syntax nya yang mirip dengan Angular 2.

Setelah mencari tahu, ternyata Angular 4 tidak mengalami major update dari Angular 2.3. Yang terjadi sebenarnya dikarenakan Angular Libraries yang digunakan pada Angular 2.3 ada sedikit perbedaan versi, dan agar tidak membuat developer bingung, Angular Team memutuskan untuk mengupdate menjadi Angular 4.

Selanjutnya, agar tidak membuat tambah bingung, Angular Team memutuskan untuk menghilangkan Version Suffix yang awalnya Angular 4, menjadi Angular. Jadi hanya ada 2 jenis Angular. AngularJS(1.x) dan Angular (2+). 

Sekian dulu penjelasan saya, semoga mencerahkan.

Higher Order Function and Lambda Expression in Android Development

Pada tulisan sebelumnya saya telah menjelaskan mengenai Higher Order Function dan Lambda expression. Pada tulisan ini, saya tidak akan menjelaskan kembali mengenai dua hal tersebut, dan jika ingin mengetahui lebih dalam bisa membuka link ini.

Belum lama ini, Google mengumumkan bahwa Android Studio kini dapat menggunakan Java 8. Java 8 memang sudah lama diluncurkan oleh Oracle, tetapi sampai awal tahun ini, Android masih stuck dengan Java versi lawas. Salah satu fitur Java 8 yang akan sangat berguna untuk digunakan dalam pengembangan Android adalah Lambda Expression dan Higher Order Function (yang selanjutnya akan disebut dengan HOF).

Sebelum Java 8 di-support oleh Android Studio, untuk dapat meng-implement interface yang hanya memiliki satu buah method seperti View.OnclickListener(), kita harus membuat kelas baru dan mengimplementasikan method yang ingin kita gunakan.

Terima kasih untuk team Android Studio, sekarang kita tidak harus menginisialisasikan kelas baru dan meng-implement method yang ingin kita gunakan. Kita bisa menggunakan lambda expression pada method setOnClickListener(). Pada contoh kali ini, setOnClickListener() berlaku sebagai HOF yang menerima Lambda Expression.

Dengan begini kita tidak perlu menuliskan inisialisasi kelas baru dan kode akan menjadi lebih pendek dan mudah untuk dibaca.

Happy Coding! 

Referensi

Overview to Moon.js: Part 2

Halo, kembali lagi nih ke sesi Overview to Moon.js bagian kedua. Pada kesempatan kali ini, kami akan membagikan beberapa contoh bagaimana menggunakan fitur-fitur yang terdapat pada Moon.js. Sebelum kita lanjut ke isi, mungkin ada beberapa yang belum tau, apa itu Moon.js? Moon js adalah salah satu library JavaScript yang masih sangat baru. Jadi Moon ini mengkombinasikan aspek-aspek positif dari libraries yang populer. Moon juga sangat ringan dan sudah include optimisasi yang akan membuat render time lebih cepat. Untuk lebih lengkap mengenai informasi dasar dari Moon.js bisa berkunjung ke Overview to Moon.js Part 1.

- Menampilkan Data dari Instance



`el` itu menunjukan bahwa bagian tersebut untuk id tertentu. Contohnya `el: "#app1"` maka yang terdapat pada `data` bisa diakses oleh <div> dengan id="app1".

- Merubah Nilai
untuk merubah value pada `msg` bisa menggunakan:
app1.set('msg', 'Hello Moon Changed!'); 

- Membuat Method
Mirip dengan yang ada pada Vue.js, membuat method/function cukup mudah, hanya dengan
namaFunction: function(parameter)
Berikut salah satu contoh membuat method/function yang me-return sebuah nilai

Khusus untuk yang me-return sebuah nilai, bisa dikeluarkan nilainya pada html, contoh untuk menampilkan hasil dari function diatas adalah dengan

- Menggunakan Fitur If (Untuk menampilkan nilai tertentu, jika value suatu nilai bernilai true)


Maka tulisan "The Condition is True!" akan tampil. Jika kita lakukan:
app5.set('condition', false);
Maka tidak ada yang ditampilkan.

- Menggunakan Fitur Loop
Cukup gunakan `m-for` untuk melakukan looping di Moon



Oke sekian dulu sharing pada kesempatan kali ini, semoga bisa memberikan gambaran bagaimana menggunakan Moon.js yaa!