Sunday, September 17, 2017

Deploy Stateless and Stateful Application in Kubernetes

Halo sobat Nostra, artikel selanjutnya kita akan membahas tentang bagaimana cara deploy sebuah aplikasi pada Kubernetes, baik itu aplikasi yang bersifat stateless maupun stateful. Dalam tutorial ini, diasumsikan bahwa Kubernetes sudah berjalan dengan baik pada environtment anda baik itu yang di setup sendiri di local anda, cloud, dan environment yang lain. Untuk mengecek status dari kubernetes yang sudah kita setup sebelumnya kita dapat menjalankan perintah: kubectl get nodes

1. Output perintah kubectl get nodes
Pada tampilan gambar 1. menampilkan berapa nodes yang sedang kita gunakan dalam kubernetes cluster kita. Dari output diatas kita dapat melihat bahwa status dari masing-masing node adalah "Ready" yang artinya kubernetes cluster sudah siap untuk digunakan. 
Sebelum kita deploy sebuah aplikasi di Kubernetes, saya akan jelaskan sedikit terkait apa itu aplikasi stateless dan stateful. Aplikasi yang bersifat stateless adalah sebuah aplikasi dimana sistem tersebut tidak menyimpan state dari user untuk request selanjutnya contohnya adalah aplikasi halaman landing page sebuah website, sementara aplikasi yang bersifat stateful adalah sebuah aplikasi yang menyimpan data dari setiap request yang diminta oleh user. Dan stateful application umumnya membutuhkan storage untuk menyimpan data dari user. Pada tutorial kali ini, saya akan deploy mysql-server namun yang bersifat stateless.
1. Stateless application

Pada kubernetes, ketika kita ingin deploy sebuah aplikasi kita harus membuat file.yaml nya terlebih dahulu untuk aplikasi tersebut.
2. mysql service

Berikut adalah contoh file simple service deployment untuk kubernetes dimana pertama kita menetukan versi api yang kita gunakan untuk objek tersebut. Kedua kita menentuka objek apa yang akan kita deploy, dalam hal ini kita akan deploy sebuah sevice terlebih dahulu dimana namanya adalah "wordpress-mysql". Selanjutnya adalah kita tentukan port berapa yang digunakan oleh container dalam deployment tersebut. Misalnya untuk mysql adalah 3306. 
 Setelah kita membuat service untuk  mysql, selanjutnya kita akan membuat deployment untk mysql tersebut. 
Seperti pada gambar 3, pertama terlebih dahulu kita membuat versi API yang kita gunakan untuk deploment tersebut. Lalu selanjutnya jenis objek yang akan kita gunakan, karena kita membuat sebuah deployment, maka kita masukkan value "Deployment". 
3. mysql deployment
Lalu selanjutnya ada beberapa label, yang kita gunakan pada file tersebut seperti "wordpress", nantinya label tersebut akan digunakan pada objek lain. Selanjutnya adalah menentukan image yang akan kita gunakan pada deployment tersebut. Bagian ini kita masukkan pada bagian container, serta beberapa environment lain yang jika dibutuhkan. Seperti pada file tersebut, adalah saya tambahkan environment untuk MYSQL_ROOT_PASSWORD, dimana password tersebut sudah terlebih dahulu disimpan ke dalam sebuah objek berupa secret. Lalu pada bagian terakhir, kita tentukan port container yang akan kita gunakan.
Selanjutnya kita akan coba jalankan deployment mysql tersebut pada kubernetes.
Untuk menjalankan deployment pada kubernetes dapat dilakukan dengan cara :
$ kubectl create -f "namafile.yaml" 



Selanjutnya kita akan cek bagaimana status deployment yang sudah kita buat.








Dari gambar diatas, tampil bahwa container sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya kita akan masuk ke dalam container untuk melihat apakah deployment tersebut bersifat stateless atau tidak. Pada gambar dibawah ini, kita masuk ke dalam container dengan menjalankan perintah: $ kubectl exec -it "nama_container" bash. 
Lalu kita akan diarahkan pada sebuah container mysql, kita coba membuat database di dalam container dengan menjalankan perintah " create database testingaja". Lalu pod tersebut di hapus. 





Setelah pod tersebut dihapus, kubernetes akan otomatis create container yang sama dengan container sebelumnya seperti yang tampil pada gambar dibawah ini. Lalu kita masuk ke dalam container yang baru dengan cara sama dengan sebelumnya. Lalu kita cek databasenya, dan ternyata database yang sebelumnya kita create tidak ada. Ini adalah contoh deployment yang bersifat stateless, dimana data dari user tidak akan tersimpan secara permanen


2. Stateful Application
Untuk stateful deployment, pertama kita membutuhkan sebuah volume terlebih yang kita create, lalu volume tersebut di claim oleh deployment yang membutuhkan volume tersebut.
Berikut adalah contoh sederhana untuk membuat volume pada kubernetes.
Yang akan membuat 2 buah volume, dimana storage yang disediakan adalah 10Gb. Dan lokasi path sebagai tempat penyimpanan untuk setiap data yang di mount adalah folder /home/nostra/pv-1 maupun /home/nostra/pv-2 dari host kubernetes. 

apiVersion: v1
kind: PersistentVolume
metadata:
  name: local-pv-1
  labels:
    type: local
spec:
  capacity:
    storage: 10Gi
  accessModes:
    - ReadWriteOnce
  hostPath:
    path: /home/nostra/pv-1
---
apiVersion: v1
kind: PersistentVolume
metadata:
  name: local-pv-2
  labels:
    type: local
spec:
  capacity:
    storage: 10Gi
  accessModes:
    - ReadWriteOnce
  hostPath:
    path: /home/nostra/pv-2

File : local-volume.yaml --> Untuk menjalankannya : $kubectl create -f local-volume.yaml

Lalu selanjutnya kita akan membuat objek claim volume yang digunakan untuk claim volume yang sudah kita create sebelumnya.

apiVersion: v1
kind: PersistentVolumeClaim
metadata:
  name: mysql-pv-claim
  labels:
    app: wordpress
spec:
  accessModes:
    - ReadWriteOnce
  resources:
    requests:
      storage: 1Gi

File : mysql-pv-claim.yaml --> Untuk menjalankannya: $kubectl create -f mysql-pv-claim.yaml
Selanjutnya kita akan create untuk deployment dari mysql.

apiVersion: extensions/v1beta1
kind: Deployment
metadata:
  name: wordpress-mysql
  labels:
    app: wordpress
spec:
  selector:
    matchLabels:
      app: wordpress
      tier: mysql
  strategy:
    type: Recreate
  template:
    metadata:
      labels:
        app: wordpress
        tier: mysql
    spec:
      containers:
      - image: mysql:5.7
        name: mysql
        env:
        - name: MYSQL_ROOT_PASSWORD
          valueFrom:
            secretKeyRef:
              name: mysql-pass
              key: password
        ports:
        - containerPort: 3306
          name: mysql
        volumeMounts:
        - name: mysql-persistent-storage
          mountPath: /var/lib/mysql
      volumes:
      - name: mysql-persistent-storage
        persistentVolumeClaim:
          claimName: mysql-pv-claim


File : wordpress-mysql.yaml --> Untuk menjalankannya: $kubectl create -f wordpress-mysql.yam

Setelah kita create deployment tersebut, kita akan coba masuk ke dalam container. Dan coba lihat kembali apakah database tetat tersimpan walaupun pod nya di hapus.





































Pada gambar diatas tampak bahwa kita sudah membuat sebuah database pada satu container, dengan nama database "testinglagi". Lalu selanjutnya kita akan hapus database tersebut, dan cek apakah database "testinglagi" masih ada.




























Dari gambar tampak bahwa, database yang sebelumnya kita create masih tersimpan. Berarti pada tutorial ini tampak jelas bagaimana caranya deploy sebuah aplikasi yang bersifat stateless dan stateful pada Kubernetes. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Terimakasih.

No comments:

Post a Comment